watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

NIKMATNYA BAPAK KOST

Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan
tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun
yang mencuat tidak beraturan dengan gunting.
Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela
kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir
belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih
kekar wajahnya segar dan cukup tampan.
Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip
uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di
kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah
karena terserang flu. Jendela kamarku yang
berkaca gelap dan menghadap ke taman
samping rumah membuatku merasa asri
melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang
laki-lai setengah baya yang sering kukagumi.
Memang usiaku saat itu baru menginjak dua
puluh satu tahun dan aku masih duduk di
semester enam di fakultasku dan sudah punya
pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam
minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau
aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.
Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku
berdegup keras. Tidak, dia tidak melihaku dari
luar sana. Oom Pram mengenakan kaos singlet
dan celana pendek, dari pangkal lengannya
terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari
memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman
sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00
tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya,
temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati
perusahaan perbankan.
Memang Oom Pram sejak 5 bulan terakhir
terkena PHK dengan pesangon yang konon
cukup besar, karena penciutan perusahaannya.
Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah.
Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan
pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti
dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya
sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang
terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab
dengan induk semang. Mereka memperlakukan
kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-
nya tidak terbilang murah, tetapi kami
menyukainya karena kami seperti di rumah
sendiri. Oom Pram telah selesai mengurus
tamannya, ia segera hilang dari
pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku
dan mau memijitku, aku pasti akan senang, aku
lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian
dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang
mengurusku dari dibuatkan bubur sampai
memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Oom Pram
yang melakukannya...
Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku
sampai kudengar suara siulan dan suara air dari
kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang mandi,
kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar
mandi, lamunanku berkembang menjadi makin
hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku
ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh
indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba
ada suara ketukan di pintu kamarku, segera
kutarik selimut yang sudah terserak di
sampingku. "Masuk..!" kataku. Tak berapa lama
kulihat Oom Pram sudah berada di ambang
pintu masih mengenakan baju mandi.
Senyumnya mengambang "Bagaimana Lina?
Ada kemajuan..?" dia duduk di pinggir
ranjangku, tangannya diulurkan ke arah
keningku. Aku hanya mengangguk lemah.
Walaupun jantungku berdetak keras, aku
mencoba membalas senyumnya. Kemudian
tangannya beralih memegang tangan kiriku dan
mulai memjit-mijit.
"Lina mau dibikinkan susu panas?" tanyanya.
"Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi,"
balasku.
"Enak dipijit seperti ini?" aku mengangguk.VDia
masih memijit dari tangan yang kiri kemudian
beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku.
Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih
diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang
lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman
juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya
selimut yang membungkus kakiku, sehingga
betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka,
bahkan ternyata dasterku yang tipis agak
terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku
tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura
tidak tahu.
"Lin kakimu mulus sekali ya."
"Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus
lagi," balasku sekenanya.
Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke
atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan
tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan
mengusap pahaku, aku diam saja, aku
menikmatinya, birahiku makin lama makin
bangkit.
"Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih?"
suaranya terdengar kalem tanpa emosi.
"Jangan Oom, nanti Tante marah.."
Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata
lain, dan aku yakin Oom Pram sebagai laki-laki
sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku.
Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai
menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang
terbungkus CD. Dan... astaga! ternyata dibalik
baju mandinya Oom Pram tidak mengenakan
celana dalam sehingga penisnya yang
membesar dan tegak, keluar belahan baju
mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak
melihat benda yang berdiri keras penuh dengan
tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang
licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang
dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu,
rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.
Oom Pram membungkuk menciumku,
kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh
bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke
lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya
mencari-cari lidahku dan maka kusambut
dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-
hisapannya dengan penuh gairah. Separuh
tubuhnya sudah menindih tubuhku,
kemaluannya menempel di pahaku sedangkan
tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku.
Dia meremas dadaku dengan lembut sambil
menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi
kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan
terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh
ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali,
tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku
yang tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli,
kadang putingku dipelintir sehingga
menimbulkan sensasi yang luar biasa.
Nafasku makin memburu ketika dia melepas
ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi
dia tersenyum dibelainya wajahku.
"Lin kau cantik sekali.." dia memujaku.
"Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu
masih perawan..?" aku mengangguk lemah.
Memang aku masih perawan, walaupun aku
pernah "petting" dengan kakak iparku sampai
kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum
pernah melakukan persetubuhan. Dengan
pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu
alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan
seksku selama ini terpenuhi dengan
mansturbasi, dengan khayalan yang indah.
Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu
kakak iparku dan yang kedua adalah Oom Pram
induk semangku, yang sekarang setengah
menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia
tidak menanyakan soal keperawanan, pasti aku
tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena
dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya.
Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia
tidak menggebu dia memainkan tangannya,
bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut
dan sabar. Justru akulah yang kurasakan
meledak-ledak.
"Bagaimana Lin? kita teruskan?" tangannya masih
mengusap rambutku, aku tak mampu
menjawab.
Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin
perawanku hilang. Kupejamkan mataku
menghindari tatapanbya.
"Oom... pakai tangan saja," bisikku kecewa.
Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti
seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana
dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh
tubuhnya mengkilat karena keringat, batang
kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak.
Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana
dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan
tangannya membuka selangkanganku lebar-
lebar. Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan
bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa
sudah membesar dan memerah, di dalam
lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir
yang siap melumasi, setiap barang yang akan
masuk.
Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat
dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa
nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya
menggeser makin ke atas ke arah klitosris,
kupegang kepalanya dan aku mulai merintih
kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan
lidahnya di atas klitosriku yang makin
membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa
aku telah menggoyang pantatku, kadang
kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba
Oom Pram melakukan sedotan kecil di klitoris,
kadang disedot kadang dipermainkan dengan
ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa,
seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku
makin tak terkendali, "Oom... aduh.. Oom... Lin
mau keluar...." Kuangkat tinggi tinggi pantatku,
aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat
yang tepat dia melepaskan ciumannya dari
vagina. Dia menarikku bangun dan
menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu
kemulutku. " Gantian ya Lin.. aku ingin kau isap
kemaluanku." Kutangkap kemaluannya, terasa
penuh dan keras dalam genggamanku. Oom
Pram sudah terlentang dan posisiku
membungkuk siap untuk mengulum
kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku
juga beberapa kali menonton dalam film biru.
Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.
Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri
pangkal kemaluannya dengan lidahku dari
pangkal sampai ke ujung penisnya yang
mengkilat berkali-kali. "Ahhh... Enak sekali Lin..."
dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-
sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan
pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku.
Suara desahan Oom Pram membuatku tidak
tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di
kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah
jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di
depan lubang vaginaku. "Oom, Lin masukin dikit
ya Oom, Lin pengen sekali." Dia hanya
tersenyum. "Hati-hati ya... jangan terlalu
dalam..." Aku sudah tidak lagi mendengar kata-
katanya. Kupegang kemaluannya, kutempelkan
pada bibir kemaluanku, kusapu-sapukan
sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan... oh,
ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam
lubang, aku hampir terbang. Beberapa detik aku
tidak berani bergerak tanganku masih
memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya
masih menancap dalam lubang vaginaku.
Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir
bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal
dariku atau darinya.
Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung
kemaluannya yang sangat besar terasa
menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris.
Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam
kenikmatan makin dalam, separuh batang
kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku.
Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada
rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari
temanku ketika keperawanannya hilang, padahal
sudah separuh. Kujepit kemaluannya dengan
otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali
berulang-ulang. "Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu
nimat sekali." Kudengar Oom Pram mendesis-
desis, payudaraku diremas-remas dan membuat
aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia
mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku
merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya
kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke
bawah, terus ke bawah sehingga penis Oom
Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada
rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang
meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan
badanku di atas badannya, susuku menempel,
perutku merekat pada perutnya. Kudekap Oom
Pram erat-erat. Tangan kiri Oom Pram
mendekap punggungku, sedang tangan
kanannya mengusap-usap bokongku dan
analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-
rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang
kurasakan benda padat kenyal dan besar
menyodok-nyodok dari bawah.
Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya
kecil makin keras dan akhirnya meledak.
"Ahhh..." Kutekan vaginaku ke penisnya,
kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan
hampir bersamaan dari dalam vagina terasa
cairan hangat, menyemprot dinding rahimku.
"Ooohhh..." Oom Pram juga ejakulasi pada saat
yang bersamaan. Beberapa menit aku masih
berada di atasnya, dan kemaluannya masih
menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku masih
berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku
masih menyebarkan kenikmatan.
Pagi itu keperawananku hilang tanpa darah dan
tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal.


Adult | GO HOME | Exit
1/1132
U-ON

inc Powered by Xtgem.com